Ini mungkin kamu bisa tebak akan kemana arahnya. Ya, tentu saja, ke mana lagi kalau bukan jurang hatiku, tempat kamu bisa menemukan bermiliar-miliar rindu, yang kudekap sendiri dari waktu ke waktu.
Aku sudah tidak berdaya lagi untuk mengingat, bahkan sekadar ingatan kecil, momen saat kita makan bersama di kedai coklat. Bahkan aku yakin rayuanku pun tidak akan mampu meluluhkanmu seperti dulu. Bodoh rasanya jika berharap mungkin ada sepercik ingatan yang bisa membawamu kepadaku lagi, bahkan sekadar ingatan yang hanya numpang lewat.
Sakitnya.. Kita dulu pernah mati-matian mempertahankan, sampai pada akhirnya tak lagi bisa saling memaafkan. Untuk agar kita bisa menjadi "kita" seutuhnya, terlalu banyak hal berharga telah kita korbankan, air mata, hati yang lebam, dan jiwa yang sakit.
Tapi, jika jalannya harus begitu, mau bagaimana lagi? Akan kuikhlaskan hujan menghapus jejak-jejak kaki kita. Hingga tak berbekas kemudian tercipta wangi yang baru, walau untuk kali ini dan seterusnya, tidak akan sama lagi dengan wangi pipimu.
Kelak semoga hujan bisa membawaku ke hari itu, hari di mana aku bisa melihatmu dengan tersenyum. Walau mungkin butuh lebih lama dari selamanya.
0 komentar:
Posting Komentar