Danang Putra Arifka's

Blog

About Me

Namaku Danang, biasanya dipanggil Danang juga. Saat kecil sering menangis setiap kali ibu menceritakan dongeng kelinci kecil yang tersesat di tengah malam di hutan yang gelap, kataku kasihan. Tapi syukurlah kata ibu kelincinya diantar pulang seekor kunang-kunang yang mendengar tangisan si ekor kelinci kecil. Pada akhirnya kunang-kunang menuntun si kelinci kecil pulang dengan bantuan cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang. Kelinci kecil pun akhirnya bertemu dengan ibunya yang juga sedari sore mencarinya. Tamat. Gimana? Sedih, nggak?

Yatim sejak berumur 40 hari. Ayahku meninggal karena kecelakaan saat hendak berangkat kerja, menyebabkan aku tidak pernah tau bagaimana rupa wajah ayahku sendiri. Di foto ada, tapi kondisi fotonya sudah usang, jadi samar-samar. Waktu kelas 2 MI ditinggal ibu merantau ke Arab Saudi. Jadi dititipkanlah aku ke rumah Kakek-Nenekku yang dari ibu. Waktu kelas 6 MI aku dikirim ke pesantren, supaya jadi anak baik, kata ibuku, biar nggak salah pergaulan. Ya aku ikut saja, lagian juga aku senang. Sampai akhirnya aku lulus tingkat Mts dan memutuskan untuk pindah pesantren, sehubungan dengan sekolahku yang juga pindah. Aku memilih pesantren yang dekat dengan sekolah baruku.

Waktu kelas 1 MA kakekku meninggal disebabkan penyakit diabetes akut. Pasca kenaikan kelas 2 MA aku keluar dari pesantren, itu kira-kira pada tahun 2010, melanjutkan sekolah sampai pada akhirnya aku lulus di tahun 2012. Aku bersyukur sebab lega pada akhirnya lulus juga.

Pasca lulus sekolah aku ingin langsung kerja, tapi ibuku ingin aku kuliah, karena nenekku sudah sakit-sakitan, akhirnya aku memilih perguruan tinggi yang jaraknya dekat dengan tempat tinggalku. Aku kuliah mengambil Jurusan Tarbiyah, prodi Pembelajaran Bahasa Arab, meskipun bukan jurusan yang aku mau, tapi pada akhirnya aku menyadari banyak hal terjadi dan mengubah cara pandangku, bahwa; aku melihat di sekitarku, ada mahasiswa yang giat sekali mengejar nilai akademisi, ada juga yang kuliah karena menghindari pekerjaan rumah atau tidak ingin dinikahkan muda oleh orang tuanya, ada yang kuliah hanya karena di tempat kerja yang ia mau memberi syarat harus punya ijasah S1, ada juga yang seperti aku, kuliah hanya untuk mencari teman (relasi) dan pengalaman berorganisasi.

Tidak semua serta merta berjalan sesuai ekspektasiku. Aku telat lulus satu tahun. Teman-teman seangkatanku lulus satu tahun lebih dulu daripada aku, ada sedikit kesalahan teknis saat Kaprodi-ku mengecek transkip nilai ketika aku hendak mengajukan untuk sidang skripsi. Nilaiku ada yang kurang dan fatalnya aku terlambat tahu. Nilaiku yang kurang itu ada di semester 2. Terpaksa aku harus mengulang 1 tahun hanya untuk satu mata kuliah.

Ibuku pulang dari Arab Saudi tepat sebulan sebelum aku wisuda, jadi ketika aku di wisuda itu ibuku ada turut serta menyaksikan kelulusanku.

Setahun sebelum aku lulus kuliah, aku menyewa sebuah ruko berukuran sedang, aku belum punya rencana mau di buka usaha apa. Namun ketika aku survey ruko tersebut di dalamnya masih ada seperangkat mesin isi ulang air galon, aku bertanya dengan ibuku bagaimana baiknya? Tentu saja waktu aku telepon ibuku masih di Arab Saudi. Kata ibuku, mesin isi air galonnya disuruh beli sekalian sewa rukonya. Jadilah aku tukang galon di sela-sela menunggu semester genap untuk nanti aku ambil mata kuliahku yang bolong.

Selain jadi kang galon, aku juga sempat membuka jasa rental kamera DSLR (sampai sekarang masih). Hasilnya lumayan, dari itu aku bisa melakukan segala hal yang dulu mungkin hanya mimpi saja. Seperti, ke Bromo naik kereta api, ke Malaysia-Thailand naik Pesawat dan banyak hal-hal lain yang terbeli dari hasil penyewaan kamera. Aku sempat juga jualan buku, waktu film Dilan 1990 muncul, saat itu banyak yang cari bukunya. Aku beli dari Jogja kemudian aku jual lagi ke orang-orang. 

Terus apalagi ya?

Oiya, waktu aku kuliah semester 6, nenekku meninggal dunia, disebabkan penyakit komplikasi. Aku masih ingat, itu terjadi di tahun 2015 pertengahan, saat masa-masa pembekalan KKN.

Mengenai usahaku, sekarang mesin isian galonnya sudah aku bawa pulang. Aku ganti dengan konter HP. Iya, tanpa aku sadar karena mungkin sering bongkar pasang kamera DSLR aku jadi menyukai dunia elektro sampai pada akhirnya aku iseng-iseng bongkar HP android juga. Dari situlah awalnya aku punya ide untuk buka konter saja karena isi ulang galon kurang produktif. Aku bersyukur, sejauh ini aku nyaman dengan usahaku yang sekarang. Disamping itu juga aku masih membuka jasa sewa kamera. Sering juga dimintai untuk foto prewed, atau tunangan, yang pada akhirnya mau tidak mau aku juga harus belajar bagaimana jadi fotografer yang bagus.

Apalagi yang belum aku ceritakan, ya?

Oiya, aku sudah menikah. Tepat ketika umurku 24 tahun. Tadinya sih maunya menikah di umur minimal 27 tahun, tapi terhubung calon istriku umurnya hanya terpaut 1 tahun dibawahku (lebih tepatnya bukan 1 tahun, tapi 7 bulan lebih sekian hari) jadi ya aku harus mengerti keadaannya. Kamu tau, kan. Kalau hidup di desa, perempuan umur 23 tahun itu itungannya sudah di anggap perawan tua. Yah, old school lah.

Dan sudah punya anak 1, cowok. Namanya Damar Ahmad Gustian, Damar Gustian nama yang aku buat, Ahmad di tengahnya adalah merupakan titipan dari ayah mertuaku. Saat aku menulis ini, umurnya baru 5 bulan menginjak 6 bulan. Siapapun yang menimangnya pasti bilang Damar adalah copy-paste ku. Maksudku, bahkan tidak ada sedikitpun kemiripan yang diwarisi dari ibunya.

Itulah tadi rangkuman singkat seputar aku, kalau ditanya apa sih bedanya hidupku dengan kalian? Banyak sekali, di antaranya:
1. Aku selalu menjadi wakil ayahku untuk menghadiri undangan-undangan dari hajat yang diadakan tetangga, seperti tahlilan, kondangan, tasyakuran dll. Sejak kecil aku sudah berbaur dengan bapak-bapak di tengah acara tahlilan tersebut, mungkin bagi kalian yang ayahnya masih ada tidak akan merasakan hal itu.
2. Aku adalah seorang ayah yang dari semasa kecil hingga dewasanya tidak pernah mendapat contoh bagaimana cara menjadi ayah yang baik. Karena dari kecil aku sudah tidak punya ayah. Kalian bagaimana? Ku kira tidak separah aku.
3. Aku adalah seorang lelaki yang tidak akan bisa sekaya teman-temanku yang lain. Karena saat aku memasuki dunia kerja, esensi tujuan utamaku bekerja adalah untuk menghidupi keluarga. Disebabkan dalam keluarga ini memang hanya aku yang bekerja, jadi hasil dari pekerjaanku aku gunakan untuk membahagiakan mereka. Atau kalau kamu tahu, istilah kerennya aku adalah Sandwich Generation. Kalian mungkin bisa bekerja kemudian menabung hasil dari jeri payahmu, kemudian bisa membelikannya benda-benda yang ingin kamu beli, itu karena orang tuamu masih ada, masih mampu memback-up kebutuhan perutmu sehari-harinya. Sangat berbeda denganku yang justru akulah yang bertanggung jawab atas isi perut ibuku, istriku dan anakku. Belum termasuk tagihan listrik bulanan, tagihan saluran TV, gas, popok bayi dan masih banyak hal lain yang menjadi tanggunganku. Anugerah terbesar yang menjadikan rasa syukurku adalah asal tahu mereka yang aku sayang selalu dalam keadaan baik-baik saja. Aku sudah lebih dari bersyukur untuk itu.

Jadi, kalian yang masih lebih beruntung dari aku, harusnya kalian bisa melakukan lebih dari sekedar yang aku bisa. Apapun itu, lelaki tetap lelaki. Ia boleh berdarah namun tidak boleh menangis.

0 komentar:

Posting Komentar