Malam ini aku terbangun, kakiku dikoyak segerombolan nyamuk serupa penyamun. Aku lupa menyalakan anti-nyamuk elektrikku, karena gatal, aku jadi tidak bisa kembali menidurkan kedua mata.
Aku beranjak menuju kamar mandi, mengambil air kemudian membasuh wajahku. Sesekali kulihat wajahku di cermin toilet, masih tampan, masih lebih dari cukup untuk membuatmu jatuh cinta berkali-kali. Gumamku seperti orang bodoh.
Aku membuka lemari es, kutemukan berjejer botol air minum yang terparkir di pintu. Sadar tidak ada yang aku inginkan di dalamnya, aku menutupnya kembali dengan pelan sambil mengangkat pandangan yang tertuju pada jam dinding.
Kudapati jarum jam menunjuk ke arah 2 lebih seperempat, aku duduk sejenak di kursi yang persis hanya berjarak 2 meter dari kamar. Kucium wangi ampo dari luar rumah, barangkali waktu aku tidur tadi turun hujan.
Segala puji bagi Tuhanku, segala keteraturan yang selaras dan harmoni, siang dan malam yang berganti kemudian di tengah-tengahnya turun hujan. Begitu sejuk, begitu menyegarkan, terutama bagi pohon jambu depan rumah yang sedang berusaha merekahkan bunga untuk berbuah.
Jam berapa di surga saat ini? Dari bumi aku masih sering merindukanmu. Masih sering merasakan seperti tertembus peluru panas di ulu hati setiap kali mengingatmu. Aku seperti baru jatuh dari atas sepedaku kemarin sore, belum sampai mengumpulkan niat untuk berdiri dan mulai mengayuh lagi, tiba-tiba aku sudah kehilanganmu, secepat itu.
Mungkinkah hidup memang hanya sekadar untuk menitipkan memori di kepala orang lain? Kukira tidak, dengan kenyataan kamu tidak hanya sekadar mampir, tapi menancap dalam, seperti terpaku sempurna di kepalaku. Aku yang selalu kalut setiap kali merindukanmu, tidak tau harus berbuat apa selain melangitkan doa. Aku tidak ingin doa baik dariku kembali padaku, melainkan aku hanya ingin semua hal baik sampai padamu. Jika ada kebaikan lahir dariku oleh sesuatu yang pernah diajarkan olehmu, semoga ditulis sebagai catatan baik untukmu.
Maaf, aku hanya bisa merindu. Segala cinta telah larut dalam kepasrahan. Kecintaanku padamu kurasa sama dengan rasa cintaku pada Tuhanku. Dan karena itu Tuhan pasti menjagamu, bahkan lebih baik dari yang pernah aku lakukan. Aku punya keyakinan, Tuhan tidak mengambilmu dariku, melainkan ia hanya menciptakan jarak antara kita, supaya kita bisa merasakan betapa nikmatnya dirindukan.
Peluk hangat dariku,
Kekasihmu yang ada di Bumi.
0 komentar:
Posting Komentar