Nanti, saat kita ada waktu untuk kembali berjumpa. Aku berharap kita bisa berbicara banyak hal tanpa ada rasa kaku atau canggung. Bercerita banyak hal tanpa ada kikuk atau pun terbebani perihal dulu kita yang pernah genap, sebelum akhirnya memilih untuk menjadi ganjil pada diri masing-masing.
Jika hari itu tiba, aku berharap kita menjadi dua orang paling ringan yang duduk di satu meja. Berbicara ngalor ngidul, melahirkan tawa-tawa kecil yang kemudian membesar seiring topik pembicaraan kita yang semakin tidak karuan.
Tidak hanya itu, aku harap aku bisa tau, bukan tentang bagaimana caramu merawat luka setelah 'kita', melainkan apa saja yang kamu temui setelah bukan lagi 'kita'. Termasuk tentang bau parfummu yang berubah, warna lipstikmu yang semakin berani, atau tentang koleksi bukumu yang masih sama atau tambah.
Menurutku kamu agak kurus ketimbang sebelumnya, matamu yang sekarang lebih tajam, atau aku salah? Aku samar, mungkin karena dulu aku lebih sering membuatnya basah. Maaf.
Aku ingin tau apa film terbaru di bioskop yang baru-baru ini kamu tonton? Aku juga penasaran series drakor apa yang sedang kamu tunggu-tunggu di Netflix. Dan tentu saja aku bisa menebak kamu masih suka makan seblak. Apa menurutmu seblak Rafael itu enak? Iya, menurutku begitu. Apalagi dimakan dengan mendoan.
Aku juga penasaran. Bagaimana aku di matamu? Apakah masih sama menjengkelkannya seperti lelaki yang meninggalkanmu 2 tahun lalu? Apakah menurutmu ada yang berubah dari penampilanku? Hei, aku sekarang 86 kg. Aku berani bersumpah aku tidak makan ban truck.
Oh iya, waktu makan bareng kamu, kamu sering tidak habis dan aku selalu yang menghabiskan sisa makananmu, aku jadi punya kenangan tersendiri tentang itu. Pernah, kapan hari waktu aku makan di luar, melihat ada sepasang anak manusia makan di sana, ada sisa makanan tertinggal di ujung piring mereka, entah kenapa ingatanku berpulang padamu.
Kamu sudah baca buku #BincangAkhlak, Jek? Aku suka di bagian dia menulis “Percayalah, rezeki itu tidak akan tertukar. Tidak mungkin rezekimu yang sedikit tertukar sama rezeki orang yang banyak”. Jika belum, maka kamu harus segera baca buku ini. Lucu. Menurutku dia adalah tipe penulis yang saat kamu baca tulisannya, kamu pengen nonjok orangnya.
Hmmm, aku hampir lupa. Happy Birthday, ya. Selamat tutup buku, selamat membuka lembaran baru. Semoga menjadi tahun yang ringan untuk kamu jalani. Semoga hal-hal baik selalu menyertaimu.
Apa kamu tau?
Di satu keadaan, aku pernah tidak mau kalah, tapi di saat yang sama aku juga tidak mungkin bisa menang. Aku jahat, mungkin aku cukup pantas untuk kamu sebut pecundang. Tapi yang kamu harus tau. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk aku menelan mentah-mentah semua yang pernah ada di antara aku dan kamu. Perlu waktu yang tidak sebentar untuk aku meratapi, menangisi, mengenang, bahkan menerima duniaku yang tidak akan ada kamu lagi di dalamnya.
Aku pernah percaya, sepanjang aku hidup aku hanya butuh cintamu, tapi semakin ke sini, aku keliru, nyatanya aku juga butuh dicintai orang tuamu. Dan aku pergi bukan karena aku takut akan kalah, melainkan karena aku tidak mungkin bisa menang. Tidak ada yang patut disalahkan dalam hal ini, kita tak lain hanya secuil cerita dari keseluruhan episode kehidupan. Dan aku percaya perpisahan ini hanyalah cara Tuhan menyelamatkan kita dari kecewa yang lebih menyakitkan kemudian hari.
Terima kasih pernah menaruhku lama di hatimu. Maaf jika pernah banyak merepotkan. Semoga saat waktu temu tiba nanti, kita sudah menjadi diri kita yang baru, yang sudah berdamai dan mampu menerima bahwa di luar sana ada lebih banyak kebahagiaan yang bisa kita terima daripada hanya menangisi perpisahan kita.
0 komentar:
Posting Komentar