Danang Putra Arifka's

Blog

A Blast From The Past

Leave a Comment
Rabu, 12 Februari 2014, A blast from the past



Bayangmu membantuku memahat mimpi-mimpi. Tiada apapun di atas apapun kecuali kamu yang membuat kuas-kuas mayaku masih hidup hingga saat ini, sulit di percaya memang, tapi aku bukan tipe orang yang suka berbohong. Aku hanya akan seperti perahu kecil yang bingung kemana harus melarung. Ibarat daun terkatung-katung menanti nasib. Ataukah jatuh, ataukah tetap terombang-ambing?

Kita tau dan kita sepakat untuk tau bahwa setiap orang mempunyai prioritas hidup masing-masing. Tapi bukan berarti setiap orang berhak mengalahkan janjinya demi prioritas bukan? Kita pernah berjanji kepada jari telunjuk dan jari tengah kita. Dan kitapun sepakat untuk tau bahwa malam tanggal 31 Desember nanti kita akan bersua di bawah sinar rembulan yang sama, duduk manis  di pinggir alun-alun kota dengan malam dan kembang api yang sama seperti ketika kita melukis janji itu.

26 September 2012. Thanks for a passed year! Kisah kita berhenti di angka 26. Itulah kenapa aku bilang bayangmu membantuku memahat mimpi-mimpi. Itu karena aku belum tau, Entah apa sebabnya ketika aku mengingat senyummu membuat aku semangat. Entah mengapa membuka wall FB mu terasa asik sekali. Aku lebih merasa hidup dari sekedar hidup. hey, mana unggahan Foto-foto terbarumu? Aku selalu menunggu itu! Sekedar melihat untuk mengobati rasa kangen tidak ada salahnya, bukan?

Tahun berlalu. Hari-hari terasa masih indah. Seperti tiada yang sia-sia setelah kepergianmu. Itu karena bayangmu yang masih membuatku terkadang melihat tembok kosong seperti merekam semesta senyummu. Meski 10 kali melangkah, 11 kali terjatuh, namun 12 kali aku berdiri dan bangkit kembali. Aku takkan kehilangan semangat untuk tetap menunggumu. Dan takkan pernah menyerah untuk sekedar memintamu kembali.

Hati ini kosong namun terasa isi. Merasa memiliki namun tak di indahkan. Walau terpejam tetap terlihat. Berusaha melupakanmu sama sulitnya dengan berusaha membenci diriku sendiri.


Sayang, lelaki hanya boleh berdarah, tapi tak boleh menangis. Aku tidak tau kamu dimana. Tapi kamu terasa ada disampingku dan membuat tulisan-tulisanku terasa hidup. kalau aku malam, mungkin kamu adalah Senja. Senja yang belum sempat aku raih sebelum aku berdarah-darah mencarimu di tepi petang hingga hanya sisa-sisa bayangmu yang aku dapat.

Mencarimu aku sedih. Karena aku tau kalau Senja tak akan abadi sampai menyanding petang. Senja tak mungkin bersua dengan Malam di satu waktu. Namun aku tetap senang, aku masih bisa menitipkan salam rinduku untukmu kepada Rembulan yang terkadang muncul di hadapan Senja, hingga menerangi Malam dengan  sinar ajaibnya.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar