Aku ingin dicintai seperti caramu mengeja puisi Chairil Anwar. Lugas dan berapi-api. Bahwa mencintai tidak harus selalu ditunjukkan dengan memberi bunga dan wangi-wangian, kadangkala harus menerjang seperti binatang jalang. Seperti pencinta yang menyamar jadi begal yang menodongkan pisau meminta hatimu.
Aku ingin dicintai seperti caramu memasak nasi goreng di pagi menjelang hujan. Mengiris bumbu dengan perlahan, mulai menyalakan api dan menaruh sedikit minyak goreng di atas wajan, menumis bumbu dan tentu saja dengan banyak sekali cabai yang sudah kamu iris sama panjang. Karena menurutmu nasi goreng harusnya seperti muda-mudi yang sedang bercinta; harus pedas dan panas, bahkan nasi goreng pinggir jalan yang dimasak manis menurutmu adalah sebuah penghinaan bagi dunia kuliner. Ku kira iblis juga setuju jika bahkan kamu bilang nasi goreng harusnya kecut seperti ketek hansip, dan aku juga.
Aku ingin dicintai sebagaimana kedua kakimu berjalan menyusuri lorong menuju kelas, bergantian kiri-kanan, selaras dan seimbang, tegap seperti wanita karir yang tidak ingin melewatkan jam kerjanya terbuang sia-sia hanya untuk membuang senyum basa-basi kepada lelaki-lelaki mata keranjang di pinggir jalanan yang kelewat tengik.
Aku ingin dicintai seperti saat kamu bernyanyi di kamar mandi. Lantang dan lepas, tidak peduli off-tune atau out of tempo, tidak peduli fals atau sumbang. Ku kira dapur rekaman tidak lebih jujur daripada kamar mandi. Di kamar mandi semua orang tampil apa adanya namun percaya diri, sebaliknya, di dapur rekaman semua orang tampak bersolek menyembunyikan ketakutannya. Dan sepanjang aku hidup bunyi nafasmu masih menjadi lagu favoritku.
Aku ingin dicintai seperti caramu menyukai bunga desember. Sebentuk penantian yang mekar di ujung penghabisan, sebagai penanda tutup buku satu periode penuh, dengan dada disesaki rasa rindu menanti, hingga tumpah ruah seperti jalanan ibu kota senin pagi, atau seperti perut ikan ketika kau belah dengan pisau dapur. Waktu terasa sangat cepat saat kamu sedang bahagia, namun satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk menunggu bunga mekar.
Aku ingin dicintai seperti caramu merelakan kepergian seseorang. Selayaknya kesadaran yang lahir dari keikhlasan melepaskan hal baik yang akan jauh lebih baik lagi ketika berjarak. Cinta tidak harus selalu bersama, jika sendiri-sendiri menjadikan masing-masing diri kita jadi lega. Memilih pisah seringkali dianggap keputusan yang terburu-buru, namun tidak ada yang tau bahwa dengan berpisah kita berhenti saling melukai. Kita pun menguap, layaknya garam yang larut dalam kuah soto atau pewangi yang tumpah pada pakaian sebelum digilas setrika panas.
Aku ingin dicintai seperti caramu menikmati hidup, menonton netflix sepanjang hari, membaca buku-buku filsafat, menyiram bunga yang berjejer di pekarangan rumahmu sambil sesekali menyenyumi setiap semut yang berjalan sopan di dahan pohon mangga. Jujur aku iri melihatmu bahagia, bukan berarti aku tidak ingin melihatmu bahagia, melainkan karena aku sudah tidak bisa lagi menjadi bagian yang membahagiakanmu.
0 komentar:
Posting Komentar