Di
antara semua gelap yang ada. tuhan sengaja menurunkan setiap detik ingatan itu
kembali dalam setiap debar yang aku ratapi. Dimana ketika status facebookmu memaksa untuk aku baca. Dimana ketika foto profilmu merayu manja untuk aku buka. Disaat
yang sama aku juga merasa kau masih seperti R ku yang dulu. Yang manja. Yang
lucu. Yang malu-malu. Yang baik. Yang lugu.
Dengan angkuh, aku ingin berdiri di tengah derik hujan. Dan di antara bulirannya aku ingin berkata bahwa tanpamu aku bisa. Namun kenyataannya tidak. Sendi-sendi jiwaku rentan patah kala mengingat resah dan tawa bahagiamu. Masih saja setelah kehilanganmu aku merasa semakin bebal dan sombong.
Dengan angkuh, aku ingin berdiri di tengah derik hujan. Dan di antara bulirannya aku ingin berkata bahwa tanpamu aku bisa. Namun kenyataannya tidak. Sendi-sendi jiwaku rentan patah kala mengingat resah dan tawa bahagiamu. Masih saja setelah kehilanganmu aku merasa semakin bebal dan sombong.
Inilah
nafasku, inilah jantungku, inilah darahku. Alasan kau menari-nari, masih mengalir
dan terus berdegup sampai jantungku pecah, nafasku terengah dan darahku
mendidih parah. Mungkin Thomas Edison butuh seribu percobaan untuk menemukan
bohlam, tapi bagiku cukup satu senyuman kecil darimu untuk meruntuhkan semesta percaya diriku.
Kau
yang terlewatkan namun tak terabaikan. Di dalam hatiku kau tetap ku dengarkan.
Di ujung bibirku kau masih ku rasakan. Dan di dalam otak kiriku, R yang aku
ingat adalah kamu yang ketika aku bertanya ‘Kamu
nggak lagi sedih, Kan?‘ selalu menjawab ‘aku
sayang kamu!’. R yang aku ingat adalah kamu yang mampu merasakan debar
pitamku saat seharian tak satu SMS pun masuk kotak pesanmu. R yang aku ingat
adalah kamu yang pernah menulis satu buku Diary tentangku. R yang aku ingat
adalah kamu! Wanita pertama yang ketika aku kirimkan pesan mesra tak pernah
mengatainya ‘Lebay’. R yang aku ingat
adalah kamu yang tak pernah canggung untuk menangis dan bersandar di pundakku.
R yang aku ingat adalah kamu yang di setiap perjumpaan kita, kotak pesanku
adalah yang pertama kau buka. R yang aku ingat adalah kamu, yang mampu meresapi
setiap hening waktuku untuk kau isi dengan omong kosong. R yang aku ingat
adalah kamu yang mampu mengingat gaya bahasa tulisanku. R yang aku ingat adalah
kamu yang setiap pagi mengirim pesan singkat ‘pagi nang! Aku RinDu kamu..’ ‘Rindu’ dengan ‘R’ dan
‘D’ yang selalu kau tulis dengan huruf besar. R yang aku ingat adalah kamu yang
mampu membuat aku tetap bisa melihatmu sekalipun aku terpejam di antara jauhnya
jarak dan waktu.
Bersamamu
aku bangga. Menantimu aku dewasa. Mengingatmu aku peka. Merindukanmu aku
merana. Aku hanya berharap kau berbalik lalu tersenyum padaku dari kejauhan.
Bila suatu hari kau lupa pada dirimu sendiri, kau boleh tanya padaku, aku ingat
banyak yang baik tentang dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar