Danang Putra Arifka's

Blog

Kamu Apa Kabar?

Leave a Comment

Dari sini aku ingin bilang, terima kasih karena masih menghawatirkanku. Aku terharu! Dari mulai blokir WA yang sudah kamu buka, blokir lagi, buka lagi, blokir lagi sampai akhirnya menghapus kontakku, aku memahami, ini tidak tidak sesederhana yang aku pikirkan. Tapi saat setelah sekian lama kamu ngilang, lalu tiba-tiba kamu datang kemudian bertanya "Kamu apa kabar?" Aku jadi bingung. I see, but why? Saat aku sendirian duduk di daftar blokirmu, mungkin kamu tidak pernah tau bahwa ada banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan padamu tapi tidak bisa, lalu tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kamu datang kemudian bertanya "Kamu apa kabar?"

Aku ingin menyampaikan, bahwa aku baik-baik saja! Selalu begitu dan tidak berubah sejak dulu. Bahkan ketiadaanmu selama ini tidak merubah keadaanku yang tetap baik. Semoga ketika kamu bertanya "Kamu apa kabar?" Kamu juga berada dalam keadaan baik. Tidak karena sedang iseng membuka blokirku kemudian bertanya tentang kabar.

Memang, di satu titik aku pernah merasa 'saaaangat' kehilanganmu, tapi kenyataan yang ada aku tetap bisa kembali baik, meskipun itu butuh proses jatuh bangun berkali-kali. Dan bagiku, kini kita hanya tinggal reruntuhan puing-puing kisah yang pernah kita bangun di masalalu. Dimana kini  kamu sudah merasa menemukan orang yang tepat untuk menjadi pulang atas segala ceritamu, dan begitupun aku. Terlepas dari entah hari ini hatimu sedang kacau atau tidak, kebenaran yang ada, adalah kamu telah memberi celah untuk aku kembali berdialog dengan kisah kita di hari lalu.

Kita ini tinggal debu yang dihempas kebimbangan. Seperti air mengalir namun kehilangan muara. Aku tau, terkadang kamu rindu caraku memperlakukanmu, akupun terkadang juga merasakan hal yang sama. Namun sekilas aku tidak ingin merasakan itu lagi, setelah aku ingat bahwa di detik-detik terakhir aku berusaha mempertahankan genggamanmu, kamu justru melepas genggamanku untuk lebih memilih menggenggam tangan orang lain, sedang aku hanya bisa melihat betapa dinginnya punggungmu yang kian menjauh, memudar dari pandangku.

Aku jadi bertanya-tanya. Apa kamu pernah berpikir kabarku waktu itu? Apa kamu pernah mencariku lagi sejak kejadian itu? Apakah pernah sekalipun terbersit dihatimu tentang betapa hancurnya aku setelah ternyata tau dibelakangku kamu memulai percakapan baru dengan orang lain? Apa kamu pernah peduli lagi dengan kabarku sejak itu? Tidak.  Lalu sejak kapan mulai peduli lagi? Atau siapa yang mengajarimu kembali peduli pada keberadaanku?

Dari sekarang, coba ajari dirimu sendiri untuk tidak membuka blokirku lagi. Tidak usah ada lagi "Aku rindu kamu" yang di sembunyikan dalam satu kalimat tanya "Kamu apa kabar?". Tidak perlu ada lagi percakapan-percakapan yang mengundang masalalu untuk kembali memenuhi kepala. Tidak usah ada lagi simpati palsu yang akhirnya hanya menguap jadi hampa. Tidak usah susah-susah lagi mencari kontakku dari orang lain. Sebab tanpa kamu sadari, dengan meski perlahan, aku sudah mulai bisa menerima apa yang terjadi di masalalu. Jadi, walau bagaimana rasanya, mohon terimalah ia yang demi memilihnya kamu merelakan aku pergi. Jangan sampai membuat pergiku jadi sia-sia.

Selow! Tidak perlu memaksakan cepat untuk menerima, pelan-pelan saja. Sebab cinta tidak berebut siapa yang sampai duluan, tapi siapa yang benar-benar mampu membahagiakan.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar