Terik pukul satu siang menyengat kulit. Membuatku kembali teringat sebuah kenangan pahit. Saat kau benar-benar tega meninggalkan aku yang masih sayang-sayangnya. Padahal kepadamu aku tidak pernah berkata kasar. Tidak juga melakukan sesuatu yang menurutmu itu tidak boleh aku lakukan.
Ternyata menjadi lelaki baik tidak selamanya baik. Kenyataannya aku ditinggalkanmu. Tapi aku tidak menyalahkanmu untuk itu. Sebab dari awal aku menyerahkan hati, aku sudah tau, tidak semua cinta akan baik baik saja. Begitupun dengan aku dan kamu.
Sayangnya dari awal aku tidak pernah punya angan akan seperti ini. Aku hanya mencintai tanpa banyak menimbang dan mengurangi. Sebab bagiku mencintai bukan sebuah transaksi jual beli. Bukan juga soal untung rugi. Aku hanya mengerti bahwa ini aku dengan segala keinginanku yang menginginkan kamu bahagia bersamaku saja.
Sebelum akhirnya semua ini terjadi. Kurasa kamu tetap tidak pantas di marahi. Aku harus bisa menerima bila alasannya hanya kau memalingkan cinta. Mungkin saja aku yang kurang hebat dalam caraku memberikan
nya kepadamu. Atau justru aku terlalu banyak memberikan cinta sehingga kau muak karenanya.
Pertama kau bilang sudah bosan. Tapi 3 hari kemudian aku tertawa dengan kepala tertunduk di depanmu dengan pacar barumu yang kebetulan saja lewat di depanku. Bukan aku tertunduk karena sedih. Tapi takut aku marah dan lepas kendali kemudian mengeluarkan kata kata yang tidak perlu. Parahnya pacarmu akan tau kalau aku adalah (masih) pacarmu tiga hari lalu.
Aku menunduk hanya karena tidak ingin ada pertengkaran di antara kalian. Dan aku menghormatimu sebagai orang yang pernah ada untukku dengan kadar cinta dan benci yang masih melekat lagi terbawa. Aku tau, posisiku yang saat masih menjadi pacarmu tempo hari, pasti sangat kau sembunyikan darinya. Sehingga aku tidak ingin menjadi kotoran di tengah tengah cinta kalian yang sedang mencari arah jalan. Kalau nanti pada akhirnya ia tau, biarlah itu karena ia tau dengan sendiri dan alami.
Tugasku hanya memaafkan kemudian melupakan kesalahan. Tidak boleh marah ketika melihatmu bahagia. Tapi sebaliknya, jangan menyesal jika akhirnya di suatu hari kau teringat kepadaku lagi dan kemudian berbicara dengan dirimu sendiri, "Bodoh, aku sudah melewatkan yang terbaik".
0 komentar:
Posting Komentar