Aku benci galau yang tiba tiba. Serta merta datang, menghempas sepi, menghilangkan logika. Bayangmu hadir menyertai tiba tiba.
Hening, dingin.
Kepalaku tersapu angan dan angin. Waktu yang menjadi kembali, membuatmu semakin tegas menempel di balik jarum jam yang kelak menikam mataku. Jelas-jelas.
Lembut, datar.
Embun kurasa hambar. Saat datangmu dengan mata nanar menyambutku dengan peluk meski dalam keadaan jemari yang gemetar.
Dasar!
Aku tidak berhasil sadar. Dari sedikitnya rasa iba kepada diri sendiri yang seolah bermimpi hingga tak terasa kakiku sudah melangkah meninggalkan nalar.
Bingung, aku bingung.
Bagaimana caranya aku bilang aku bingung. Tiada temali lagi pundakmu untukku lagi.
Aku ingin kau datang dan membawaku dalam hingarmu. Meloncat bersama di antara barisan distorsi. Memanjat satu persatu nada nada solomisasi yang seperti menjadi pijakan untuk berlari.
Kembali jadi sunyi.
Tolong beritahu aku bagaimana caranya bahagia dalam mimpi. Kepada sepi aku benci. Mengingatmu aku tak sudi. Tapi rindu, selalu bertanya kepada hati. Apa kabar kamu hari ini?
Aku baik baik saja disini. Duduk bersama hati. Menunggu bayangmu kembali ditemani sore yang menenggelamkan matamu dari matahari yang aku rindui setiap pagi. Dengan ini hari telah usai, tapi cintaku belum sama sekali.
Pati, 8 agustus 2018
Sedang duduk bersama hati
0 komentar:
Posting Komentar