Pernah,
Saat tiba-tiba aku rindu
Kamu menghilang
Pernah,
Saat aku sedang sibuk-sibuknya
Di balik layar ponsel kamu bertukar pesan dengan orang yang bukan aku
Pernah,
Saat aku menghawatirkanmu
Kamu merasa itu tidak perlu
Pernah,
Saat aku bilang aku ingin pergi
Kamu tidak peduli
-------------------------------------------
Sedikit demi sedikit aku mulai melupakan impian-impian yang dulu kita bicarakan lewat telepon sebelum tidur. Pertemuan-pertemuan yang pernah terjadi, aku menghapusnya dengan berat hati. Foto-fotomu, chatting-chatting kita yang dulu, beberapa ada yang aku baca ulang sebelum aku menghapusnya. Aku tidak pernah membayangkan sedikitpun kisah kita akan berakhir seperti ini. Tapi itulah kenyataannya. Aku sudah bukan siapa-siapamu lagi, begitupun sebaliknya.
Hari berganti, bulan berlalu. Waktu memberiku jeda untuk memulihkan luka. Sebagaimana hidup, aku masih berjalan kedepan meski terkadang aku merasa aku masih berjalan ditempat. 'Move on' satu kata yang mudah diucapkan namun susah dilakukan. Aku masih mengingatnya. Ya, bahkan aku masih hafal wangi rambutnya. Tapi bukan berarti aku belum move on, masih ingat bukan berarti masih sayang, kan? Aku mungkin bisa menghilangkan rasa sayang, namun susah kalau harus dipaksa melupakan.
Nyatanya aku sudah membuka hati untuk siapa saja, aku baru sadar ternyata patah hati adalah seni. Aku bisa mengambil banyak hal positif darinya, termasuk aku jadi lebih bisa menghargai diriku sendiri. Dan memang patah hati menurutku adalah resiko sebagaimana kita telah bermain hati. Maka sebaiknya jika tidak ingin sakit hati, jangan bermain hati. Tapi jangan sampai hatimu mati sebab tidak pernah dimainkan.
Seminggu yang lalu aku dekat dengan seorang perempuan. Ia datang dengan kisah sederhana. Sebagaimana sikapnya yang juga sederhana. Aku menyadari satu hal, mungkin tuhan baru akan mengirimkan obat saat kamu mampu menerima semua rasa sakit yang ada. Dan hari ini kedatangannya tak lain adalah sebagai obat. Entah perasaanku saja atau memang itulah kenyataannya. Tapi yang jelas ia menawarkan segala lukaku, ia mampu mengisi kekosongan itu, ia memberi dorongan kecil yang berdampak besar dalam hidupku. Aku berjanji akan menjaganya dari sekarang hingga nanti.
----------------------------------------
Sekarang,
Saat semuanya sudah membaik
Kamu datang lagi
Sekarang,
Kamu menanyakan kembali
Masihkah ada hati untukmu lagi
Sekarang,
Kamu meminta
Aku sudah terlanjur tidak peduli.
-----------------------------------------
Sayangnya aku tidak punya dua hati. Aku hanya punya satu, yang mana aku pernah menitipkannya padamu namun sayang kamu sia-siakan.
Hati yang pernah kamu sia-siakan itu, aku sudah menitipkannya pada orang yang tepat. Tidak mungkin aku memintanya kembali untuk kemudian menitipkannya kepadamu. Sebab aku tidak ingin menitipkan hati kepada orang yang bahkan tidak punya hati.
0 komentar:
Posting Komentar