Rabu, 16 Juli 2014. Dikau Sebuah Tanya!
Aku masih tak percaya, pagi tadi kau menjelma jadi sebuah tanya di lelapku menjelang fajar. Dengan baju merah pekat celana hitam legam kau mendekat, di sisi telinga kananku kau tengadahkan sepasang bibir merah indah, seraya berbisik "Sepertinya kau sulit melupaku?". Aku terkaget. Seketika aku terbangun. Cahaya putih berhasil membuka lebar mataku. Sambil aku masih terengah, aku rasakan keringat basah menghujaniku. Serasa sulit sekali mempercayai kehadiranmu.
Ku teguk segelas air lalu berfikir. Setelah semua yang terjadi, kau masih mempertanyakan itu? Sayang! jangankan dirimu. akupun bertanya-tanya, mengapa aku seperti ini. Dan kaupun seharusnya tak bertanya kenapa aku seperti ini, karena cinta akan selalu menjadi jawabannya.
Kesan apa yang kau rasakan saat bersamaku, mungkin tak ada. Tapi aku merasa ada banyak sekali butiran emas yang terjatuh yang harusnya aku susuri terus sampai habis butiran terakhir, dimana disitu kutemui dirimu berdiri sebagai penabur butiran tersebut. Tapi, bagaimana bisa merubah takdir kalau aku bukan Tuhan. Berdoapun rasanya percuma.
Dikau sebuah tanya yang hadir di balik kuas-kuas maya. Bolehlah aku bertanya, untuk apa kau hadir lagi dan mempertanyakan soal rasa yang masih ku pelihara ini? Sebenarnya aku benci, ketika harus bertanya, apakah disaat aku membayangkanmu kau juga membayangkanku, disana?
Berdiri tegak di depan bayangmu pagi ini sakitnya sungguh tak tertolong. Aku hanya bisa meradang untuk bisa menjadi seseorang yang bisa menggandeng tanganmu di depan banyak lelaki. Selama ini aku mampu sedikit demi sedikit mengikis ketergantunganku padamu. Tapi kehadiranmu barusan seolah-olah mengembalikan sedikit rasa yang sudah mati-matian aku bunuh itu.
Sayang! Apa yang harus aku perbuat saat matahari mulai terbit menggantikan cahaya sinarku yang mulai redup?
0 komentar:
Posting Komentar