Danang Putra Arifka's

Blog

Teruntukmu, Aldi

Leave a Comment
jangan dikira ini mobil beneran :v
Rabu, 20 Juli 2016. Teruntumu, Aldi.

Kembali. Wajahmu bagai menggenang. Tidak hujan, padahal tadi siang baru saja tertawa hebat. Aku yang mungkin saja hadir dijidatmu tempo hari, saat ini sedang berkaca diatas genangan air mataku sendiri. Melihatmu tergenang, aku terkenang. Sayang semuanya sudah terlepas, hilang.

Aku terhempas jauh oleh waktu. Padahal rasanya baru saja ditinggalkanmu semenit lalu. Ini pelik, sebab tidak dicintaimu lagi itu tak semudah makan nasi pakai krupuk, atau hanya makan lauk tanpa nasi. Aku bahkan sudah lupa rasanya peluk, mungkin karena kamu yang sudah basi, sehingga menguap lagi dikepalaku darahku jadi mendidih.

Aku menggigil hebat. Dingin sekali setibanya aku di jantung sepi. Seketika ku ingat lagi dekapmu yang hangat. Seolah merambat, auramu mengikatku kuat dalam sendiri. Di atas tanah ini, diantara tebal kabut kotaku. Aku menyambangi lagi pagi heningku dengan menyapamu lewat satu hembusan nafas. Jadi leram didih di kepala, bagai hidup sebuah teka-teki  seperti lautan tanpa tepi.

Sepeninggalanmu aku lebih sering mengantuk, aku lalui waktu kosongku untuk bermimpi. Seringkali dalam mimpiku aku bertemu dengan orang-orang yang bukan kamu, tapi meski begitu aku singgahi mereka hanya untuk bertanya kamu dimana. Setelah itu pergi mencarimu lagi, terus, sampai akhirnya aku tidak menemukan apa-apa. Aku tidak peduli bahkan jika besok atau besoknya lagi, tahun depan atau depannya lagi. Singgahlah ke mimpiku kapan-kapan.

Jika tidurmu pulas, aku berjanji akan menyajikan untukmu sepiring nasi goreng dengan sedikit sambal spesial kesukaanmu. Dan jika cukup waktumu, akan ku temani pula kamu makan. Namun bukan untuk mengambil bagianmu, melainkan hanya menemanimu dari ujung meja yang lain. Kamu pastilah lapar. Makanlah yang banyak! Aku ingin kamu jadi lebih hebat lagi. Di dapur nasiku masihlah banyak. Toh, akupun masih ingin berlama-lama melihatmu, meskipun bahkan jika banjir airmataku sudah mencapai sedengkul orang dewasa.

Sehabis makan, jika masih ada sisa waktu, janganlah pergi dulu. Kamu duduklah biar aku cuci piringnya. Aku masih ingin bicara. Setidaknya benar-benar memohon maaf karena membuat kamu lelah di masalalu, sehingga kamu terlihat sedikit kurusan waktu itu. Terimakasih sudah pernah menemaniku di batas sayang. Setidaknya itu.

Oh iya, kudengar sudah ada wanita lagi dalam hidupmu? Seperti apa dia? Apa dia juga mahir membuat nasi goreng yang kamu suka? Pastilah dia cantik. Aku paling tau seleramu. Ah, Beruntung sekali dia. Aku berani bertaruh pasti dia sudah tidak bisa berpaling lagi darimu. Hehe. Kamu memang jagonya. Sayangnya aku sudah tidak berhak iri.



Sebuah jerit,
Dari palung pulung hati, paling dasar.
Nun Mala
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar