jangan dikira ini mobil beneran :v |
Kembali. Wajahmu
bagai menggenang. Tidak hujan, padahal tadi siang baru saja tertawa hebat. Aku yang
mungkin saja hadir dijidatmu tempo hari, saat ini sedang berkaca diatas
genangan air mataku sendiri. Melihatmu tergenang, aku terkenang. Sayang semuanya
sudah terlepas, hilang.
Aku terhempas
jauh oleh waktu. Padahal rasanya baru saja ditinggalkanmu semenit lalu. Ini pelik,
sebab tidak dicintaimu lagi itu tak semudah makan nasi pakai krupuk, atau hanya
makan lauk tanpa nasi. Aku bahkan sudah lupa rasanya peluk, mungkin karena kamu
yang sudah basi, sehingga menguap lagi dikepalaku darahku jadi mendidih.
Aku menggigil
hebat. Dingin sekali setibanya aku di jantung sepi. Seketika ku ingat lagi
dekapmu yang hangat. Seolah merambat, auramu mengikatku kuat dalam sendiri. Di atas
tanah ini, diantara tebal kabut kotaku. Aku menyambangi lagi pagi heningku
dengan menyapamu lewat satu hembusan nafas. Jadi leram didih di kepala, bagai
hidup sebuah teka-teki seperti lautan tanpa
tepi.
Sepeninggalanmu
aku lebih sering mengantuk, aku lalui waktu kosongku untuk bermimpi. Seringkali
dalam mimpiku aku bertemu dengan orang-orang yang bukan kamu, tapi meski begitu
aku singgahi mereka hanya untuk bertanya kamu dimana. Setelah itu pergi
mencarimu lagi, terus, sampai akhirnya aku tidak menemukan apa-apa. Aku tidak
peduli bahkan jika besok atau besoknya lagi, tahun depan atau depannya lagi. Singgahlah
ke mimpiku kapan-kapan.
Jika tidurmu
pulas, aku berjanji akan menyajikan untukmu sepiring nasi goreng dengan sedikit
sambal spesial kesukaanmu. Dan jika cukup waktumu, akan ku temani pula kamu
makan. Namun bukan untuk mengambil bagianmu, melainkan hanya menemanimu dari
ujung meja yang lain. Kamu pastilah lapar. Makanlah yang banyak! Aku ingin kamu
jadi lebih hebat lagi. Di dapur nasiku masihlah banyak. Toh, akupun masih ingin
berlama-lama melihatmu, meskipun bahkan jika banjir airmataku sudah mencapai
sedengkul orang dewasa.
Sehabis makan,
jika masih ada sisa waktu, janganlah pergi dulu. Kamu duduklah biar aku cuci
piringnya. Aku masih ingin bicara. Setidaknya benar-benar memohon maaf karena
membuat kamu lelah di masalalu, sehingga kamu terlihat sedikit kurusan waktu
itu. Terimakasih sudah pernah menemaniku di batas sayang. Setidaknya itu.
Oh iya,
kudengar sudah ada wanita lagi dalam hidupmu? Seperti apa dia? Apa dia juga
mahir membuat nasi goreng yang kamu suka? Pastilah dia cantik. Aku paling tau
seleramu. Ah, Beruntung sekali dia. Aku berani bertaruh pasti dia sudah tidak
bisa berpaling lagi darimu. Hehe. Kamu memang jagonya. Sayangnya aku sudah
tidak berhak iri.
Sebuah jerit,
Dari palung pulung hati, paling dasar.
Nun Mala
0 komentar:
Posting Komentar