10 Juli 2018, Itu Hanya Karena Hari Ini |
Itu hanya karena hari ini, aku bertanya. Masih
bahagiakah kau? sejak hari itu. Sejak dimulainya detik dimana rindumu sudah
bukan menjadi tanggung jawabku. Sejak dimana hari hari berganti begitu saja aku
lalui dengan penuh rindu. Dan sejak di setiap turun hujan guntur yang menyambar
nyambar ku dengar itu bagai namamu.
Itu hanya karena hari ini, aku ingin tau. Masih
semanis dulukah ia kepadamu? Sejak di mulainya benih benih cintamu merekah dan
kepadanya kau mulai menaruh hati dengan pasrah sedang di bawahnya aku berpeluh
mengusap keringat berupaya dengan susah payah sendiri menahan resah agar tidak
terucap kata pisah.
Sejak dimana aku duduk bersanding waktu dan
secangkir kopi dengan bergumpal gumpal rasa cemas di hati menunggu balas pesan
darimu, sedang di tempat kau berada, rindumu dan rindunya bertatap muka via
suara dari telepon genggam yang sama dimana aku mengirim satu pesan dengan
berjuta juta kegelisahan yang berbalas pengabaian.
Kau tau? Itu hanya karena hari ini aku bicara.
Aku sudah bahagia. Bukan karena aku minum Ultra milk setiap pagi atau
makan Cornetto setiap akhir bulan habis gajian. Tapi itu karena akhirnya
aku bisa berkata "Selamat tinggal masalalu". Sudah tidak ada apa apa
lagi yang ingin aku sampaikan selain terima kasih, sebab dalam jurang ingatku,
aku tidak akan pernah lupa, kepadaku kau pernah punya cinta. Dengan berbagai
macam kandungan bumbu bumbu kenangan di dalamnya yang bisa segera aku rasakan
kentalnya kebahagian ketika membayangkan mata kita bertemu dengan senyum yang
tiba tiba saja merekah dari bibirku bibirmu yang seolah setuju kita satu.
Bukan lagi dengan rumus setengah x panjang x
tinggi. Juga bukan lagi dengan akar atau angka persen yang membagi. Aku
berjuang denganmu, suka duka pilu gundah hambar tangis tawa dan setiap cemburu
yang diserap hati hingga muncul perasaan rindu. Sampai akhirnya kita saling
menaruh hati di laci, mengunci rapat rapat dan tiada sapa menggema seperti
dahulu. Semua itu tidak bisa di hitung dengan rumus matematika. Tidak hanya
cukup dengan mengukur lebarnya hati menerima, atau tingginya rasa ingin
memiliki untuk kemudian bisa tau luasnya cinta. Aku hanya harus menerima saja
sebuah kesudahan bahwa aku dan kau bukan menjadi satu.
Dan, itu hanya karena hari ini. Aku berucap
"Aku mencintaimu!" untuk yang terakhir kali. Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar