Danang Putra Arifka's

Blog

Cerita antara Aku dan Bambank

Leave a Comment

Dalam kehidupan seseorang pasti punya sesuatu yang diprioritaskan, tidak terkecuali dalam hal kendaraan. Terkadang karena ingin punya, seseorang sampai rela kredit berbulan-bulan untuk punya kendaraan yang ia mau. Tapi ada juga yang dengan sabar menabung demi bisa membeli kendaraan yang ia mau secara cash. Terlepas dari semua itu, orang punya caranya masing-masing untuk mendapat apa yang ia mau.

Aku adalah salah satu dari sekian juta manusia yang hidup dibumi ini, yang bernafas dengan senyummu *halaaah*

Jadi gini... *nyiapin teh anget siap ngedongeng* Ceritanya dulu aku sama Bambank (Identitas asli Teroris disamarkan) pernah ber-adu mulut *halaah adu mulut* lebih tepatnya adu argumen atau pekok-pekok'an perihal lebih cantik mana Chelsea Islan sama Isyana Sarasvati.

(Lagi nonton TV)
Aku : Cantik ya, Chelsea Islan.
Bambank : Apaan? Gitu aja cantik. Cantikan juga Isyana, suaranya bagus, pinter nyanyi.
Aku : Ya kamu pikir hidup cuma nyanyi-nyanyi doang?
Bambank : Daripada yang nggak bisa nyanyi.
Aku : Tau dari mana Chelsea nggak bisa nyanyi?
Bambank : Nih, pokoknya nih ya. Kalo disuruh nikah sama Chelsea, dibayar Semilyarpun aku nggak mau.
Aku : Nih ya, dibayar Setrilyun cashpun juga aku gak bakal mau disuruh nikah sama Isyana.

Kesimpulan : Aku dan Bambank butuh cermin untuk berkaca sebelum menilai penampilan fisik orang lain.

Terus ada lagi, dulu waktu masih kuliah. momen dimana aku dan Bambank taruhan, dimana yang kalah mesti nraktir yang menang, makan siang dikantin.

Waktu itu aku dan Bambank lagi di Perpus, terus ada 1 Mahasiswi yang kelihatan oke lagi baca buku. Kita awasi dia dari kejauhan, aku dan Bambank membuat taruhan, yang mana kemenangan ditentukan dari siapa yang lebih dulu dapat nomer telepon Mahasiswi cantik yang sedang baca buku itu.

Singkat cerita, aku dan Bambank swit, untuk menentukan siapa yang dapat giliran pertama mengambil hati sang wanita. Aku menang dan dapat giliran pertama. Si Bambank jejaka kering mulai was-was, keringat dingin mulai membanjiri jidatnya yang lebar selebar sungai amazon.

Aku : *pura-pura ambil buku dirak buku (yaiyalah rak buku, masa rak maido. rak maidoo sopo wong seng ora kangeeenn, dikit-dikit nyanyi ae kaya Saipul Hamil, iya iya Saipul Jamil), kemudian duduk di seberang meja yang dipake duduk Mahasiswi cantik tadi*

Aku : Eh, kayaknya pernah kenal *sambil menyuguhkan senyum maut* Nama kamu Sepia bukan?
Cewek : Bukan.
Aku : Suka baca novel? *buku yang sedang dia baca adalah Hujan karya Tere Liye* Sudah baca buku Tere Liye yang paling baru belum?
Cewek : Emang ada? Perasaan yang paling baru ya Hujan ini.
Aku : Ada. Kamu aja yang nggak tau.
Cewek : Apa judulnya?
Aku : Banjir *nyengir kuda*
Cewek : Ngaco deh! *sebel sembari ketawa*

Dari kejauhan muka Bambank kelihatan suram sekali, seolah harapan dia untuk menang yang tadinya 50% sekarang cuma jadi 5%. Harapannya memudar, wajahnya meredup, batinnya tersundut *apaan sih ini*

Aku : Ngomong-ngomong, kamu anak Perbankan, kan? Tulisin rumus untuk menghitung Persen Bunga Tunggal dong!
Cewek : Nggak bisa.
Aku : Tapi nulisin nomer telepon kamu bisa kaan *nyodorin kertas dan bolpoint*
Cewek : *senyum sambil nulis nomer telepon*
Aku : (dihatiku : YESS!!!)
Bambank : *Lemess...

Aku kira ini adalah hari baikku, betapa tidak? Dapet nomer telepon Mahasiswi cantik, dapet juga traktiran dari si Bambank. Tapi meski hari ini adalah hari baikku, bagi Bambank ini adalah hari terburuknya, sebab ia tekor uang dan menghilangnya harapan.

Setelah semakin kesini aku baru tau kalo cewek cantik yang punya nama Suketi (teroris tetap disamarkan) itu bukan dari Jurusan Perbankan. Pantas saja tidak tau Rumus untuk menghitung Bunga Tunggal.

Tapi aku tau nama aslinya adalah Suketi bukan dari orangnya sendiri, melainkan dari teman sejurusannya. Kenapa? Sebaiknya Bambank jangan sampai tau ini, sebab aku bisa di bully sepanjang masa kalo dia tau. Ternyata nomer yang ia tulis saat di Perpus waktu itu adalah nomer ibunya. Hahahaha. Malemnya langsung aku telepon, kan.

Aku : Halo, selamat malam nona *dengan nada manja ala muda-mudi yang sedang dimabuk cintah*
Yang ditelpon : Halo, siapa ya?
Aku : Ini aku yang tadi siang ketemu kamu di perpus *masih belom sadar*

Yang ditelpon : Siapa ini? Jangan macem-macem ya kamu! Saya ini sudah punya suami. Jangan-jangan kamu modus-modus yang mama minta pulsa itu ya? Ngaku kamu.
Aku : ckleeekk *matiin telpon* mati aku.

Beberapa hari kemudian pas papasan dikantin sama Suketi baru aku nanya, nomer siapa itu. Jawabnya dengan enteng, nomer ibuku *sambil ketawa ngakak* hmm. Mungkin dia diceritain ibunya soal tragedi telpon malam itu. Sialan. Semua wanita sama sajaah! *ini kebalikan dari 'semua laki-laki sama saja' yang sudah lazim diucapkan cewek-cewek yang nggak mau dibilang matre dengan alasan realistis.*
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar