Danang Putra Arifka's

Blog

Lari Kemudian Lelah

Leave a Comment

La le lu luk sila sol
Mifa mifa so le le tiding fafa...

Gelap malam dan bohlam teras berseberangan. Suara angin yang bersumber dari kipas diruang belakang berhembus sampai ke telinga. Air kran menetes memecah keheningan, membentuk irama puisi bersajak a-a. Di tempatku menulis cerita, malaikat turun membagikan bunga. Berlirik-lirik kata-kata berjejer memenuhi peparu, menderu naik turun serupa nafas berhembus. Menghirup harapan, melepas penyesalan.


Dododo mi do mido gemu fa mire
Ele le, ele le. Lele le le lala luk si la so...

Aku lelah sekali. Boleh minta minum tuan? Kerongkonganku mengering, batinku meng-erang. Aku sudah lari dari mimpi ke mimpi yang lain. Pada akhirnya aku tetap tidak bisa berhenti dikejar-kejar kenyataan.


Putar ke kiri e nona manis putarlah ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manise...

Marijuana. Kepalaku mencari-cari tempat yang tepat untuk bersembunyi. Tidak ada tempat aman lagi, sebab aku sudah pernah bersembunyi dibalik dinding yang tercipta dari waktu, kenyataan menemukanku. Aku lari kemudian bersembunyi lagi dibalik tirai tebal yang terbuat dari penyesalan, aku diterkam kenyataan.


Sekarang kanan e nona manis putarlah ke kanan ke kanan ke kanan dan kenan ke kanan ke kanan manise...

Aku sudah lelah bersembunyi. Aku sengaja berdiri supaya aku segera ditemukan kenyataan. Pada akhirnya aku menyerah mengakui segala salah, meminta maaf dengan segala rendah. Menerima ditinggalkan sebagaimana takdir sudah menuliskan. "Kenyataan, kau boleh memukulku keras-keras. Tapi setelah itu, aku ingin berdamai denganmu."


Maumere da gale kota ende
Pe pin gi song ga song le le luk le le rebinha..

Terima kasih tuan, aku sudah bangun dari mimpi panjang. Kini, aku sudah siap mengawali pagi dengan aku dan kenyataan yang berjalan bersebelahan.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar