Danang Putra Arifka's

Blog

Repetisi Semesta Rindu

Leave a Comment

Di ujung cakrawala timur, aku melihat harapan baru, berwarna kuning menyerupai pagi. Unggas-unggas bercengkrama dengan riang, embun yang belum purna mengendap, harus berpamit. Hitam mulai menghilang digantikan terang, aku melihat seperti bumi dilahirkan kembali. Menegaskan bahwa yang pernah ada, suatu saat akan hilang, dan yang sudah hilang, suatu saat akan tergantikan.

Harusnya kita ada di ujung hutan pinus sekarang ini,
memakai pakaian tebal,
seperti ingin menerima semua angin yang berdebur menerpa tubuh,
tapi tidak ingin merasa dingin.
Dengan kita saling menguatkan,
bersama-sama memeluk ingin.

Harusnya kita ada dibibir pantai sekarang ini,
bukan sekilas seperti hanya ingin menerima,
tetapi juga melepas yang memang pantas untuk dilepas.
Melarungnya dan biarkan semuanya terhempas.

Sebuah repetisi yang mengitariku adalah merindukanmu setiap hari. Terlibat dengan banyak orang, bergulat dengan kebutuhan. Membuatku bisa berhenti sejenak berpikir tentangmu. Tak ubahnya setali tiga uang, yang aku lakukan seperti sama saja, tidak ada yang berubah, aku masih saja memelihara ingatan yang sama. Terlebih ketika kau menyelinap melalui rongga jendela, hari mulai terasa petang sebab aku memejamkan mata. Disitu, kau menjelma sebagai bunyi keras pengundang cemas.

Lukis langitmu
dengan kuas yang terselip dijemarimu,
pilih warna
yang kau suka.

Langit tidak melulu
harus biru,
untuk alasan tertentu
kau boleh memberinya warna grey atau merah jambu.

Jalani hari dengan menyenangkan, kau boleh ambil donat lebih dari yang ingin kau makan. Kau boleh mengambil pasir untuk mengubur semuanya, yang pernah terjadi. Agar hati yang kau kubur ini tidak lagi membawa kabar. Biar diri kita saling kabur, sama asing seperti pagi yang terlahir kembali, walaupun barangkali dunia tidak terlihat sama lagi di mata kita setelah ini.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar