Duduk disampingmu, didepan mikropon yang menyala, diantara menunggu jeda iklan dan lagu, memerhatikan tanganmu menggeser mouse, mencuri pandang matamu yang fokus pada layar komputer. Disitu aku merasakan aku ada. Atau, tidak! lebih dari itu, aku ingin benar-benar ada didadamu.
Apakah kamu baik-baik saja hari ini? Semoga iya, kamu baik-baik saja. Aku tidak tau sehari-harimu, aku tidak tau kamu bangun tidur jam 9 atau 10? Aku tidak tau dimana saja tempat biasa kamu ngopi? Aku tidak tau senjamu dilewati dengan siapa? Tapi aku beruntung ada disisimu malam ini, meskipun hanya sebagai partner kerja.
"Balik lagi disaluran 106,5 frekwensi kesayangan kalian, tentunya dimalam kali ini bersama Adi rasa stroberi dan juga Sabrina Larasati yang akan menemani malam minggu kalian..."
"Yak betul sekali, Adi. Tentunya tidak perlu khawatir malam minggu kalian jadi garing karena tentu saja kita akan menemani sekaligus memeluk hati-hati kalian yang rindu akan sebuah pelukan..."
Diwaktu menunggu kamu asyik bicara, disaat bersamaan sebenarnya kepalaku disergap ribuan tanya. Sudahkah ada yang mengisi hatimu? Adakah seseorang yang kau harap pesan singkatnya sesegera mungkin hadir memenuhi ruang chattingmu? Atau lebih gamblangnya, bolehkah aku mencintaimu? Aku harap itu tersampaikan padamu.
"Tuuuiinnggg"
Sebuah pesan singkat masuk di whatsappmu. Kamu terlihat membuka dan segera membalasnya. Kembali kepalaku dipenuhi ribuan curiga. Siapa dia? Ah, sial aku tidak punya keberanian untuk bertanya, apalagi memegang handphonemu. Ku mohon, semoga itu bukan dari seorang perempuan. Ataupun tidak apa-apa dari perempuan asal itu dari ibumu. Tidak, tidak. Aku harus tetap tenang.
Aku tidak boleh mudah marah. Bukankah diam seperti ini adalah pilihanku sendiri? Padahal disaat yang sama sah saja jika aku mengungkapkan perasaanku padamu. Bukan karena tidak berani, aku hanya tidak siap dengan penolakan. Sebab perhatian darimu masih samar aku rasakan. Sebenarnya seberapa parah rasanya ditolak? Dan jangan-jangan kamu adalah tipe orang yang memang susah memberikan perhatian terhadap seseorang yang kamu cintai?
Bimbang itu wajar, kan? Aku tidak gengsi, tapi harus aku katakan sekali lagi, aku tidak siap untuk ditolak. Meskipun harus pula aku akui, bahwa ditolak adalah resiko dalam mencintai. Apa 'kode'ku kurang keras? Atau aba-abaku masih terlalu susah untuk kamu mengerti? Seharusnya kamu cepat sadar. Kamu pikir kopi yang kamu minum setiap kali on air, aku buat dengan alasan apa? Cinta. Kamu pikir aku hadir 30 menit sebelum jam on air, demi apa? Demi bisa bicara berlama-lama denganmu. Kamu pikir saat aku ngajakin chattingan bahas tentang tema apa yang bagusnya kita bawa buat siaran besok, itu buat apa? Ya, karena aku suka denganmu. Tidak ada alasan lain selain aku ingin dekat.
Kamu harusnya tau itu, kan? Iya, kan? Kenapa belum peka-peka juga?
0 komentar:
Posting Komentar