Danang Putra Arifka's

Blog

Kurang Beruntung Mencintaimu

Leave a Comment


Malam mendesis, rembulannya redup. Dari balik tirai mega-mega, ku telisik cerita yang sudah terkadung kusut hingga mengurai dengan sendirinya. Elok yang melekat pada wajahmu dulu, hadir serupa tangan terbuka menampar keras wajahku yang berisi kekosongan.


3 tahun lamanya tidak terasa, bibir yang dulunya suka merapal namaku itu, telinga yang dulunya tabah sendiko dawuh dengan kataku itu, mata yang dulunya memahatku hingga kaku bagai patung itu, kini hilang segala rupa warna dari mata. Terbang entah dibawa kumbang ke rimba yang mana.


Rupanya gugur setiamu aku tak sampai hati. Bukan. Bukan sebab dada terasa sebak aku merengkuh jantungku sendiri, tetapi alangkah betapa mudahnya dikau memalingkan tadah. Yang selama ini ku anggap ketulusan ternyata dimatamu aku (tidak lebih) hanya sekadar tempat singgah.


Seseorang dari masa lampau, adalah yang pernah punya ruang lain dihatimu, bagaimanapun aku baik, aku tetap bukan orang itu. Bagaimanapun aku memohon dengan meminta, aku tetap bukan orang yang kamu mau.


Sayang, bukan sesuatu yang harus untuk kamu ingat, hanya saja aku akan sangat berterima kasih jika kamu mau mengerti. Aku kalah bukan karena aku benar-benar dikalahkan, tapi kalahku disebabkan dikau tidak ingin aku yang menang. Dan untuk segenap lelahnya perjuangan kita yang sudah pernah, aku tidak sekalipun menganggap dalam hal ini kamu yang salah. Hanya memang aku saja yang bebal, memaksakan diri untuk harus hanya aku yang ada disampingmu, padahal disaat yang sama aku tau caranya bukan begitu.


Lelaki itu ada 2 jenis :

1. Lelaki yang memilih

2. Lekaki yang dipilih


Terserah lelaki mana yang kamu pilih, tetapi sah, aku memilih menjadi lelaki yang pertama. Yang memilihmu Meski pada akhirnya bukan menjadi yang kamu pilih di lembar terakhir sebelum ceritanya tamat.


Aku tidak gagal, aku hanya kurang beruntung mencintaimu.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar