Lahir 22 Agustus 2020 dengan berat 3 kg melalui proses SC, akhirnya launching juga cerita pertamaku. Kalau ditanya bagaimana perasaanku? Ya aku jawab aku senang sekali. Untuk pertama kalinya aku jadi ayah dari seorang bocah mungil yang kata setiap suster yang merawatnya mirip aku. Aku berdoa semoga mirip bagusnya saja, yang tidak bagus jangan hehe
Aku masih tidak percaya aku sudah punya anak. Aneh rasanya, disaat aku masih suka toxic saat main mobil legend, masih suka mantengin global tv kalau pagi cuma buat nonton tingkah kocak spongebob dan patrick. Masih jarang mandi dan sering merindukanmu *halah
Tetapi walau bagaimanapun pada akhirnya ayah tetaplah ayah.
Aku jadi punya tanggung jawab baru dengan ditandai kelahiran anak pertamaku, tanggung jawab sebagai ayah. Setelah sebelumnya aku juga punya tanggung jawab sebagai suami. Keduanya semoga aku bisa menjalani dengan baik. Terutama sebagai ayah.
Sebagai anak yang sudah yatim sejak 40 hari menghirup udara di bumi. Tentu kamu tau, aku tidak punya gambaran tentang sosok ayah. Bagaimana nikmatnya di asuh ayah, dimandiin ayah, di gendong ayah, dibelikan robot-robotan ayah. Kesemuanya tidak pernah aku tau bagaimana rasanya. Kamu pasti tau bagaimana rasanya itu jika kamu punya ayah, iya kan? Tapi aku tidak. Aku terlahir kuat tanpa ayah ahihihi
Yang jadi PR adalah, bagaimana jadi ayah yang baik kalau aku sendiri tidak punya referensi pernah di asuh ayah sebagai anaknya, sekedar untuk aku supaya tau gambaran bagaimana harusnya aku mengasuh dan memberi contoh anakku nanti. Tentu melihat kehidupan orang lain sangat berbeda rasanya jika dibandingkan dengan di asuh ayah sendiri. Saat pertama melihat anakku di dorong suster di atas ranjang bayi, aku langsung terpikirkan hal itu sambil tersenyum setengah menangis bahagia.
Jangan khawatir, aku sudah menemukan jawabannya sendiri, setelah diam berdialog dengan diriku sendiri ketika melihat bayiku tidur disamping ibunya. Sungguh disini aku tidak menyalahkan ayah oleh sebab pergi tanpa meninggalkan contoh bagaimana mengajari aku jadi ayah yang baik, sama sekali tidak. Tapi sebaliknya, aku berpikir ini adalah petualangan baru, dimana letak menariknya sebuah petualangan jika kita sudah tau jalannya? Bukankah petualangan itu menuntut kreatifitas dan ketangkasan untuk menemukan jalan menuju tujuan dan memecahkan kode-kode perjalanan? Anakku adalah alamku, aku akan merawatnya sepenuh hati sebagaimana alam telah merawatku hingga kini.
Oiya, itu anakku aku kasih nama Damar, lengkapnya Damar Ahmad Gustian. Ada kronologinya. Sebenarnya jauh sebelum istriku mengandung aku sudah menyiapkan 2 nama, nama cowok dan nama cewek. Nama cowoknya : Damar Gustian. Nama ceweknya : *rahasia. Lah kok ada Ahmad-nya? Ahmad itu titipan nama dari Ayah mertuaku. Tadinya sih aku idealis banget, dimana nama anakku harus tidak mengandung unsur ke-arab arab-an apalagi ke-inggris inggris-an. Damar Gustian aja gitu. Tapi ya mau bagaimana lagi, ada titipan dari mertua. Kemudian ku taruhlah Ahmad-nya ditengah, biar disingkatnya enak ; Damar A. Gustian. Begitu kira-kira drama yang terjadi dibalik nama anak pertamaku. Hehe
(Untuk tambahan saja, yang bisa kamu skip kalau tidak tertarik. Ini adalah asumsiku sendiri, boleh di anut, boleh juga tidak, bebas!)
Bagi sebagian orang nama mungkin penting (atau jangan-jangan memang sangat penting). Maka dari begitu pentingnya nama sampai terkadang ada orang tua yang meminta nama untuk bayinya kepada tokoh agama atau para sesepuh. Minta yang artinya bagus lah, supaya lebih barokah lah, dan alasan lain semacamnya.
Disitu aku punya pendapat lain. Oke aku setuju nama itu penting, tapi alangkah lebih baiknya kalau orang tuanya sendiri yang memberi nama, bukan dimintakan ke tokoh agama atau sesepuh dan semacamnya. Karena logikanya begini, yang bikin bayi kamu sendiri masak yang ngasih nama orang lain? Hehe itu aja sih. Masuk akal tidak? Nah, menyoal arti, aku mengimani pepatah lama yang berbunyi ; apalah arti sebuah nama? Hmmm. Yang itu berarti : apapun itu namanya, kalau yang memberi nama orang tuanya sendiri, aku yakin itu merupakan doa terbaik untuk anaknya. Tidak terkecuali aku.
0 komentar:
Posting Komentar