Teruntuk segenap wajah yang sempat menggenapi separuh kebahagiaanku, terlepas dari bersama atau tidaknya kita sekarang, aku bersyukur, bahwa hari ini aku sudah dipertemukan dengan orang yang tepat dalam keadaanku yang sudah siap. Aku juga mengucapkan terimakasih untuk kebersamaan kita yang tidak pernah bisa diulang kembali. Setidaknya aku tau, aku tidak pernah berjuang sendirian di masalalu.
Kalian adalah orang-orang tepat di waktu yang tepat. Sekalipun di mata orang lain kita sudah lewat, bagiku tidak. Di hatiku kalian akan selalu punya tempat. Sebab sebelum aku menjadi aku yang sekarang, aku pernah bertumbuh dan belajar merawat ego dengan sabar bersama kalian. Tidak hanya itu, bahkan merah-hijau-biru-kuning, warna-warni rasa yang sudah kita lalui bersama adalah mesin waktu yang membentukku jadi sosok yang mampu memaklumi, menjadi pribadi yang merendah dan mau mengalah.
Apa artinya bangsa besar kalau tidak bisa menghargai jasa para pahlawannya? Apa jadinya aku jika tanpa adanya kita di masalalu? Aku pasti tidak mengerti bahwa esensi setia adalah bukan berarti harus selalu ada, melainkan tentang kepercayaan dan tanggung jawab. Betapa aku harus berusaha berbicara selaras denganmu, terkadang juga butuh memeras otak untuk agar mood bicara kita tetap terjaga. Atau dunia harus tau, bahwa perasaan yang akhirnya patah tidak selayaknya membuat akal sehat kehilangan arah, sesuatu yang diawali dengan baik harus diakhiri dengan baik, meskipun tidak memungkiri setiap yang patah pasti butuh waktu untuk menerima.
Aneh, ketika aku menarik benang merah dari hari itu sampai ke titik ini, hari-hari seperti melintas sangat cepat, hal-hal yang dulu lucu di kepalaku seolah terasa begitu singkat, sesuatu yang pada akhirnya dibingkis Tuhan sebagai suatu hal yang cukup untuk aku ingat.
Terimakasih, kenangannya. Terimakasih sudah bersedia menjadi tangan yang menamparku di masalalu. Bagiku, kalian adalah persembahan dari Tuhan untuk mengajari yang tidak bisa diajarkan alam.
Stay safe! Jangan telat makan, cintai dan sayangi diri kalian, sebagaimana kita pernah berperasaan. Sejauh yang aku ingat, aku tidak pernah salah menjatuhkan pilihan.
0 komentar:
Posting Komentar