Danang Putra Arifka's

Blog

Tempat Yang Pernah Ada Kita

Leave a Comment


Suasana hujan di kota ini begitu syahdu. Air yang jatuh menimpa atap gedung, kilatan cahaya guntur yang seperti flash studio foto yang besar, bau petrichor yang begitu menenangkan.


Namun, ada beberapa perasaan yang tidak ku inginkan hadir saat-saat seperti ini. Adalah; tidak lain tidak bukan perasaan itu adalah, kamu. Dari banyak hal yang dibawa Hujan turun ke bumi kenapa ada kamu di dalamnya? Terlebih, dulu kamu pergi dalam keadaan kacau, tapi kenapa hampir selalu datang di saat aku sedang tenang? 


Kamu pernah hilang, bahkan ditengah-tengah saat aku sangat sayang. Kamu pernah tidak memberiku kabar, anehnya kenapa (waktu itu) aku memilih untuk bersabar? Kamu mungkin sadar aku mencarimu, tapi sebaliknya, kamu tidak sadar sedang menghindar dariku.


'Ketika semua tidak seperti biasanya, maka kamu harus terbiasa dengan semuanya?' Aku mencoba hal itu. Aku mencoba untuk menghapus namamu dari agenda sehari-hariku untuk mengawali perjalanan panjangku melupakanmu.


Namun petaka, ketika aku rasa diriku sudah menjadi diriku sepenuhnya, saat aku rasa aku sudah bisa menerima semuanya: kamu malah datang lagi, hampir membuat aku lupa bahwa berhari-hari yang lalu aku berusaha keras melupakanmu.


Kamu datang tanpa sedikitpun meresahkan aku, seperti habis pulang dari berpetualang jauh. Aku bahkan tidak mendengar dari lisanmu satu patah katapun yang bernada "Hei, maaf ya. Beberapa hari aku menghilang" atau "Hei, apa kabar? Bagaimana keadaanmu?".


Ternyata kedatanganmu kali ini berbeda, kamu yang hilang tempo hari adalah bukan kamu yang datang hari ini. Aku mengenal sosokmu yang hilang, tapi seperti asing dengan sosokmu yang datang. Kamu menjadi seseorang yang baru, yang tidak ku kenal lagi apa makanan favoritmu? Apa warna kesukaanmu? Bahkan apa parfum kesukaanmu?


Tentu aku mengingat itu, tapi yang dihadapanku kali ini sudah bukan kamu yang aku ingat dulu.


Ternyata benar, kedatanganmu kali ini hanya untuk mempertegas kepergianmu yang sebelumnya. Kamu menjadi tidak aku kenali karena kamu sedang belajar dengan kebiasaan baru.


Aku tau, ada orang lain yang membantumu tertawa selain aku, membantumu menemukan makanan favorit yang baru, mengajakmu untuk membeli parfum yang wanginya lain dari yang dulu dan mengajakmu mengenal cinta lain yang warnanya bukan lagi serupa duniaku.


Kamu yang datang kali ini ternyata hanya untuk berpamit, namun dengan cara yang tak ku sangka begitu pahit. Aku yang bodoh ini tidak percaya: ku kira tidak semudah itu proses saling melepas cinta. Semestinya jika kamu membenciku, setidaknya kamu memberitahuku apa yang kamu benci dariku sehingga aku punya kesempatan untuk merubah yang kamu tidak suka. Bukan malah kamu mencari kenyamanan lain, melupakan aku dalam keadaan tidak mengerti apa yang sudah terjadi sehingga bisa-bisanya kamu meninggalkanku.


Kini, foto-fotomu sudah hilang dari galeri, sosokmu sesusah dan sepayah apapun sudah berhasil aku hindari. Tapi bagaimana bisa ku lupakan tempat-tempat yang dulu kita datangi? Aku hidup dalam keadaan berusaha melupakanmu namun tetap dipaksa mengingat semua tempat yang dulu pernah ku hiasi langit-langitnya dengan ornamen kenang-kenangan bersamamu. 

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar