Danang Putra Arifka's

Blog

Dia Sadar, Dia Tidak

Leave a Comment


Pernah ku jumpai, suatu hari yang biasa. Seperti halnya hari kemarin, bahkan lusa: matahari masih begitu, bulan masih begitu, aspal juga masih begitu, tidak ada yang berubah. Kalau pun ada, itu pasti suasana hatiku.


Waktu itu pukul 9 malam kurang sedikit, wajahmu menyempil di antara malam dan ramai kendaraan pribadi berlalu lalang. (Wajahmu) masih bersinar seperti dulu, waktu masih ku kenal baik perangaimu. Masih memesona seperti dulu, saat (kau) masih sepenuhnya milikku.


Mataku, ia masih suka melihat ke arah yang disitu dirimu berada. Ku paksa membuang pandangan ke kang cilok saluyu, namun ia kembali padamu. Ku buang sekali lagi, kemudian kembali untuk yang kedua kali. Hhh. Ku maklumkan, barangkali ia hanya ingin melihat apa yang ingin ia lihat.


Tiada hujan, tiada mendung.

Seseorang datang dengan motor matic, seorang lelaki! Tiba-tiba saja berhenti di sisi jalan. Tanpa aba-aba kau lantas menenteng tas menghampirinya dan berbunga-bunga, meraih ulur tangannya kemudian menciumnya dengan cinta. (Kamu) kemudian duduk di jok belakang dengan tangan melingkar di pinggang. Mataku hanya bisa gemas memandang.


Dan sejauh jalan lelaki itu membawamu, aku hanya bisa mengantar sampai sejauh jarak yang bisa dijangkau oleh mataku.


Sekejap setelah itu ku tulis dalam secarik kertas, 


Dia sadar,

Dia mencium tangan kekasihnya di depanku.


Dia tidak sadar,

Dia telah mengiris jiwaku.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar