Danang Putra Arifka's

Blog

Meski Perlahan, Meski Dengan Pelan-Pelan

Leave a Comment

Senja yang akhirnya menjumpakan lagi mataku pada sosokmu, di jalanan raya yang sesak nan angkuh, aku tertawan bias cahaya pendaran wajahmu yang memaksa masuk melalui indra pandangku, hingga buram segala arah, namun dari banyaknya entitas yang tampak, kesadaranku hanya mampu mewujudkan gambarmu sebagai satu-satunya cahaya paling terang. 


Dan pandanganmu adalah percikan kecil yang memantik bom waktu di kepalaku, meledak dalam skala yang tak terhingga sampai-sampai kepalaku terbakar hebat.


Tanpa sadar ledakan itu telah melemparku jauh ke belakang. Menyusuri alam ruang dan waktu, di saat bersamaan aku memunguti satu persatu potongan-potongan rekam kebersamaan kita dari masa ke masa. Membawaku menelaah kembali tiap-tiap garis persinggungan kita di perjalanan.


Ada saatnya aku pernah menunggu kabarmu berhari-hari, itu saat hubungan kita di ujung penghabisan, hatiku mungkin juga hatimu sudah pada batasnya. Hanya yang membedakan adalah, aku ingin terus membersamaimu, namun di lain sisi kamu ingin menyudahi semuanya. Hingga keberadaanmu sulit ku raba.


Sebelumnya tidak pernah sesulit ini menemukanmu. Tetapi entah mengapa tanpa tanda kamu tiba-tiba menghilang, mendadak kabarmu sulit kudapatkan, seolah membiarkan diri di telan bumi, seolah memang sengaja menghindariku.


Iya,


Akhirnya aku memang harus melepasmu, meski dengan sebisaku, meski dengan perasaan yang aku ikhlas-ikhlaskan, meski dengan doa baik yang tersimpul dalam tangisan. Yang dipisahkan Tuhan, tidak akan bisa disatukan oleh manusia.


Saat ini aku sudah menemukan bahagia itu, pada seorang perempuan yang begitu menghargai kehadiranku. Dan kamu... Kamu sepertinya juga sudah menemukan yang kamu cari. Pada sosok laki-laki yang memboncengmu sore tadi.


Kamu sudah bahagia, kan? Iya, setidaknya dari mataku terlihat begitu.


Tapi kamu tau, tadi aku melihatmu. Setelah sekian lamanya, yang bahkan aku yang kemarin-kemarin tidak lagi mengingatmu. Bisa-bisanya berpapasan menjadikan semua yang aku tata rapi jadi berantakan.


Tapi tidak apa-apa, aku masih ingat denganmu bukan berarti masih cinta, bukan berarti pula aku ingin memintamu kembali untuk menghadirkan rasa yang sama. Pada akhirnya dengan perlahan aku akan bisa melupakanmu sepenuhnya, meski pelan-pelan semua akan kembali baik seperti dulu kala, dengan tanpa kusadari pada akhirnya semua akan hilang tanpa sisa.


Dan semoga saat suatu hari aku melihatmu lagi, aku bisa memandangmu dengan penuh rasa syukur tanpa ada lagi sesak yang ku sembunyikan di balik senyum basa-basi. Faktanya memang kita pernah berjuang bersama untuk kata bahagia, meski pada akhirnya tidak pada diriku dan dirimu, kebahagiaan yang kita cari.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar